Aku menulis ini di tahun 2024, tepat 10 tahun setelah menyelesaikan masa SMA. SMA menjadi titik terakhirku yang aku pikir memiliki kebebasan abstrak dalam mencari teman. Di masa SMA aku telah memiliki bekal menjadi seorang copywriter dengan menghasilkan banyak tulisan organik tanpa aku pahami. Di masa SMA aku telah menjadi junior ilustrator dan menerima tawaran untuk membuat komikku sendiri melalui program kebudayaan daerah dan aku tolak karena orangtua tidak restu. Di masa SMA aku telah menjadi jurnalis yang menghadiri konser-konser, mendatangi sekolah-sekolah dan banyak kegiatan lainnya dengan mengalungi kartu pers. Di masa SMA aku menghadri banyak kegiatan komunitas dengan masih memakai seragam sekolah dimana hampir sebagian besar saat itu semua pesertanya orang-orang seumuranku saat ini.

10 tahun berlalu. Seperti biasa ada pembeli yang datang ke rumah. Membeli briket arang, membeli eco enzyme, membeli asap cair dan berbagai produk yang tidak mudah ditemukan dan juga hanya di cari orang-orang tertentu. Seperti takdir, yang datang kali tidak membayar cash, sehingga aku perlu keluar untuk memberikan nomor untuk transfer. Bapak yang membawa dua anaknya ini mengatakan bahwa ia lulusan Biologi 2001. Sialnya, ternyata kami pernah berjumpa sebelumnya. Ia adalah bang Fahrul yang mendalangi pembetukan Biology Database Centre (BDC) 2017 silam. Dan aku adalah satu dari 3 pionir pengembangan BDC dari Bengkel Fotografi Sains (BFS) yang telah ada dari tahun 1999. Aku pikir saat itu, murni kesalahan angkatanku yang tidak memiliki kader dalam kegiatan itu. Malu sekali rasanya aku lupa. Singkat cerita, BDC bergerak menfasilitasi pelatihan untuk anggotnaya dan mendokumentasikan banyak kegiatan. Mudahnya, kami menjadi agensi foto profesional. Tanpa memahami betul 'ruh' nya BFS tempo dulu. 

Aku tamat kuliah dan Covid menyerang. BDC hilang begitu saja dikepengurusan angkatan 2017. Disaat itu, aku tidak punya jeda dari tamat menuju dunia kerja, sehingga aku yang terisolir di tengah hutan sana tidak berpikir tentang UKM kami lagi. Temanku, Aris dan Bagus masih ada sering kekampus. Namun tidak ada inovasi membuat pelatihan online saat itu. Padahal sebelum covid menyerang, BDC menjadi unit kegiatan departemen yang berpotensi besar mengikuti perkembangan digital. Saat dosen-dosen kebingungan beradaptasi dengan dunia online, harusnya BDC hadir membantu. Tapi aku tidak ingat kenapa dan mengapa, semua hilang begitu saja. 2022 pun aku masih dipanggil oleh ketua departemen untuk mengajarinya mengelola website. Hanya dua tahun dan memoriku luar biasa menghilangkan ingatan (tanda-tanda sudah butuh pasangan untuk bersandar, wkwk) seharusnya ini adalah tugas anak BDC. kami punya BDC, departemen kami punya!

Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan diriku sepenuhnya yang terserang depresi hebat di tahun 2021-2022 itu. Cuma kok bisa lupa ya? mungkin beberapa tahun lagi aku akan menemukan jawaban seperti hari ini.

Oke kembali ke judul awal. Aku bertemu kak Rachmi senior ku di biologi baru setelah kak Rachmi bergabung di Blogger Medan 2019. Aku mengetahuinya setelah bang Yoga mengatakan bahwa aku dan kak Rachmi satu almamater. Kenapa bang Yoga ingat betul aku jurusan biologi? karena aku se'aneh' itu kalau lagi pergi jalan-jalan. Kata abang kakak di blogm, aku selalu mengeluarkan bahasa alien dan menggumamkan hal aneh setiap lihat pohon dijalan, wkwk.

Seperti layaknya sikap junior ke senior mahasiswa di masa lampau (karena kalau jaman sekarang kagak peduli tuh sama senior. Kita cuma beda umur doang, cuakss), aku pun banyak bertanya langsung ke Kak Rachmi baru di tahun 2021, setelah covid mulai mereda dan kami bertemu secara langsung. Karena dari tahun 2019 aku sudah di hutan. Kak Rachmi trnyata adalah salah satu anggota aktif BFS generasi terakhir dalam pemahamanku. wajar jika kami tidak bertemu, aku masuk 2014, kak Rachmi baru lulus.

Lalu saat aku resign dari pekerjaan pertama, kak Rachmi mengajakku kedalam suatu project yang banyak memberikanku ilmu baru di bidang yang sudah lama ingin aku tekuni. Disana kami banyak bercerita, bagaimana sedihnya BFS harus hilang karena kurangnya kaderisasi dan senior yang terkesan meninggalkan juniornya.

Sebuah masalah klise namun menyedihkan. Waktu itu di tahun 2017 kami sudah mengobrolkan hal ini bareng bang fahrul, aris dan bagus. Sekarang, senior menjemput bola ke junior. Sulit mengharapkan junior mencari-cari seniornya. Entah mengapa bisa begitu, aku juga bingung. Masalahnya aku juga begitu. Pernah mencoba untuk reach out ke salah satu senior, namun ditanggapi dengan dingin. Apakah aku salah orang, atau aku salah komunikasi, atau merasa kesal karena dulu masa mahasiswa tidak akrab tiba-tiba pengen akrab, aku enggak tau. Makanya sekarang aku setiap kali ada junior yang kontak aku, aku langsung mode "palugada" apa lu mau gua ada, butuh apa? kita carikan koneksinya!


Begitulah, usai mengobrol panjang dan meminta maaf kepada bang fahrul karena aku lupa. keterlaluan memang.

Setelah itu, aku lalu melihat sosial media yang menjadi arsip aib sebagian umat dunia. Facebook. Astaga, setelah kejadian aku ternyata sudah mengenal Almarhumah kak Arfah sejak 2011 di komunitas facebook, aku ternyata mengenal bang Rahmad Agus Koto di tahun 2012 sebagai sesama anggota kompasiana. Lantas aku membaca semua tulisan abang itu mengenai BFS di kompasiana. Astaga... semua yang bang fahrul ceritakan kembali terlintas dikepalaku. Kenapa UKD ini bisa hilang begitu saja...

Jadi BFS itu selain mengadakan pelatihan macrofotografi juga sering hunting bareng. Dulu dengan alat seadanya saat kamera tak semudah sekarang didapatkan. Pertanyaannya, kenapa aku yang sebenarnya cocok sekali masuk UKD itu dulu tidak bergabung disana?

Di hari pertama masuk kuliah, aku memakai gamis. Karena memang ingin jadi ukhti-ukhti mahasiswi di novel teenlit islami. Aku ingat saat perkenalan BFS. Lalu aku tidak tau kenapa tak menerima informasi perekrutannya. Aku kira karena saat itu aku langsung ditarik oleh mahasiswi kader HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan langsung disangka kadernya loh. Lumayan juga satu tahun pertama, baru deh aku sadar aku salah kelompok. Yang mau aku masuki itu UKMI, hehe. Jadi begitulah, selain enggak boleh ini itu dari orangtua, aku juga punya banyak kejadian lucu akibat ketidaktahuanku dunia kuliah awal.

Seperti biasa aku menulis untuk melepaskan semua mumet yang ada dikepalaku. Aku sampai menelpon beberapa teman untuk memverifikasi kejadian-kejadian yang sepertinya masih luput dari kepalaku. Yasudah gitu aja, sekarang aku sedang berpikir hal apa yang bisa menyatukan senior-senior supaya ingat dan mau mengkaderisasi adek-adeknya lagi. Hehehe.