Pada satu hari sendu, ditengah krisis mentalku ditengah mengejar penelitian, salah satu kawan kompak di SMA menghubungiku lewat pesan WA,"Mak, bawakan anak-anak hostingku ke bukit lawang. One day trip aja, bisa?", yah masalah panggilan harap maklum ya, kawan-kawanku emang pada seenak jidat buat nama panggilan. Tiap segmen pergaulanku, nama panggilanku pasti beda-beda -_____-
Lanjut, demi kawan langsung lah ku kabulkan permintaannya wkwk (aku demi kawan, kawan demikian). Aku pun menghubungi Bang Jimmy, temenku dari kegiatan Conservation Leadership Training (CLT) Bacth 2. Kalau mau baca cerita pelatihan ku soal CLT ada disini ye.
Baca:
Conservation Leadership Training 2 By OIC Bagian 1
Conservation Leadership Training 2 By OIC Bagian 2
Bang Jimmy ini secara umur sebenernya kami sebaya sih (eh apa beda tahun ya?) pokoknya ceka ceka kental dah. Doi emang asli orang bukit lawang dan handle salah satu guest house juga disana. cuma karen abadannya besar, jadi aku panggil abang lah (alasan macam apa iniii). Tentuin tanggal, tanya berapa gepok duit yang kudu aku bawa lalu oke deh. (padahal bayarnya transfer)
Sebenernya ya kalau ke Bukit lawang bukan baru sekali dua kali, tapi kali ini aku bawa orang asing. Orang Asing Asli. Kalau tiba-tiba aku dikompas orang lokal karena bawa orang asing tanpa izin kan ga lucu. So, kita butuh deking kuat dong :D
Hari kamis, 11 Mei 2023 pun tiba. Janjinya kami berangkat jam 7 pagi. Maksudnya jam 7 pagi udah dari Medan. Nyatanya jam 7 aku masih perjalanan ke titik kumpul. He He He. (not good, not good, pake logat uncle Roger)
Karena ini trip hemat ala Iyah Travel, kami berangkat ke Bukit Lawangnya naik bus Pembangunan Semesta (PS) trayek bukit lawang. Aku sudah bersama Nana, salah satu siswi pertukaran pelajar dari Bina Antar Budaya. Doi dari Jepang, tepatnya prefektur Yamaguchi (Nana, kalau salah aku minta maaf ya) ya karena ga terlalu terkenal prefekturnya, aku ga nanya-nanya sih. aku cuma pamer kalau aku bisa percakapan bahasa jepang dasar. Dan dia jawab "baggus sekari"
30 menit menunggu, bus sudah akan jalan, satu orang lagi yang dari USA belum kelihatan. Aku panik. di WA, di telepon biasa kaga bisa. Waduh. Akhirnya aku minta tolong sama salah seorang driver grab motor (ya ampun makasih banget atas kebaikan hatimu, bang!) untuk nemein aku nyari si bule nyasar satu ini. Alhamdulillah, ketemu dong di Terminal Pinang Baris. Di bagian paling belakang, di kerumunin sekitar 12 orang.
Oh my god TiJe, where have you been?!
aku teriak memanggilnya. Dan bule berambut pirang dan berkepang dua ini berlari ke arah ku.
"saya sudah tunggu kamu lama." ujarnya
you dont check your phone, hah?
Nadaku langsung nge-gas karena panik. Gile ga tuh sempat dia dilarikan orang di Medan, mana di terminal pinang baris sarang begal lagi T__T dia langsung cek hapenya dan cengar-cengir karena ga denger. Aneh-aneh wae.
Akhirnya aku kembali ke tempat aku meninggalkan Nana dengan membawa TJ alias Thankful Joy. Nama yang unik sekali. Benar-benar unik. Coba kaian terjemahin aja ke Bahasa Indonesia. Adakah yang memberi nama anak begitu di sini? :) Oh, TJ ini dari Vermount.
Bus PS pun melaju setelah kami akhirnya dapat bangku terakhir dibelakang. Karena aku menyuruh Nana keluar dulu saat mencari TJ. Ya kalau ku biarin dia di dalam bus terus jalan tanpa aku kan makin lawak perjalanan ini.
Akhirnya kami nyampe jam 11 siang di terminal terakhir dan sudah disambut oleh bang Jimmy dengan tari hula-hula. Oh iya, aku bayar tiket normal. 25 ribu/orang. Kabarnya sih kalau bule tuh bisa di minta 50 ribu/orang. Ya orang-orang di pangkalan PS kan beberapa udah kenal muka aku (pede benerrr) bisa ngamuk dong aku kalo di gas bayar segitu :D
Dari terminal kami naik becak mesin sampai ke tempat terakhir becak bisa masuk. Ongkosnya 20 ribu. Dari situ kami langsung bergerak masuk ke dalam hutan. Tepatnya masuk ke area Taman Nasional Gunung Leuser, tempat orangutan hidup dengan bebas. Eak.
Nah ada yang lupa aku mention di awal. Aku puasa, dan gak sahur. wkwkwk
Pertamanya aku pede aja karena udah biasa trekking saat bulan puasa. Tapi aku pasti sahur itu. Nah ternyata si koplak ini udah tumbang begitu masuk ke kebun terakhir sebelum pintu rimba. walhasil aku membatalkan puasa dengan air mineral dan 3 buah pisang. Bener-bener deh...
Qadarullah, belum masuk pintu rimba, di guest house terakhir, terlihat antara pepohonan, seekor orangutan jantan muda sedang tidur siang. Sinar matahari terik tepat diatas kepala membuat bayangan orange terpancar jelas di mata mereka bertiga. Setelah aku agak pulih, kami melanjutkan perjalanan kembali dan ketemu dengan induk dari si orangutan sebelumnya. Nana dan TJ terlihat senang. Terutama Nana, karena ia tau bahwa orangutan sumatera (pongo abelii) hanya ada di pulau sumatera.
TJ (Kiri), Nana (Kanan), Orangutan dan anaknya (Atas) |
Ada foto bagusnya, tapi ga mau aku taruh di sini. |
Selama beberapa jam, kami terus melanjutkan perjalanan di dalam hutan, mendaki bukit lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera, bersama teman berpetualang... Beberapa ekor kedih (Presbytis thomasii) dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) menujukkan eksistensinya. Setiap sudut hutan selalu terasa berbeda. Kesan itu selalu kudapatkan setiap masuk ke hutan. Benar saja, tidak lama kemudian saat sedang istirahat, salah satu burung permukaan tanah alias suku ayam-ayaman muncul. Yup, Kuau raja (Argusianus argus) muncul dengan elegan. si paling ribut se hutan dengan suara 'kuwww, wuw, wuw' (ah harusnya aku masukin rekaman suara disini ya, hehe) Biasanya kalau kalian denger suara ini, dikejar bagaimanapun gaakan ketemu. Aku cuma mengkoleksi bulunya yang rontok di lantai hutan. Ga pernah tau wujudnya. Dan kali ini, salah satu anak guide yang ikut dengan kami yang pertama menyadari kehadiran burung itu,"Om, ada ayam om." ujarnya polos.
"yuhu, kamu suka cari aku di hutan kan?" |
Aku pun segera sibuk memotret dan meminta bang jimmy merekamnya dengan hp. Setelah puas, aku menjelaskan dengan semangat ke Nana dan TJ gimana uniknya burung satu itu, perilakunya saat mau kawin, tarian jantannya dan berbagai hal unik lainnya mengenai burung ini.
Kami juga bertemu dengan orangutan dan anaknya di shelter 1. Disana kami beristirahat sejenak dan disuguhi buah-buahan lokal. Nanas yang manis, Semangka segar dan Markisa asam-asam enak. Yah kalau kita mengambil tur perjalanan singkat di hutan Bukit Lawang, kita akan melewati total 2 shelter.
Perjalanan berakhir ditandai dengan pertemuan kami dengan sungai bahorok. Disana makan siang sudah tersedia dengan cantik. Makan dipinggir sungai dan berenang ditempat yang tidak ramai orang. TJ yang memang suka dengan air terlihat senang. Dia sampai melempar kulit nenas ke sungai dan berkata "O ow, i cant let it di sungai, bukan? aku harus mengambilnya!" lalu, jebyur. dia balik masuk sungai... yup. gimmick buat bisa berenang lagi disaat kami sudah harus bersiap untuk pulang.
buah yg di susun cantik. ini hasil kamera kogan abal-abal. kesal syekalii. |
Setelah drama TJ yang tak berhasil menahannya cukup lama, kami pun kembali ke arah pintu keluar dengan tubing. Tubing adalah aktivitas menyusuri sungai dengan pelampung. Bukan pakai dayung untuk nyari jeram. itu namanya arum jeram. kalau ini ya cuma naik diatas ban dan membiarkan arus membawa kita~
Dari situ, Nana dan aku berganti baju kering. Sedangkan TJ tidak mau ganti baju. Dia akan pulang ke Medan dengan baju yang basah.... "Aku dari Vermount, itu adalah lokasi dingin. Tidak akan masuk angin. Kalau iya, aku tinggal minum tolak angin." ucapnya. Woiii, siapa yang ngajarin dia pake tolak angin...
Akhir perjalanan kami, aku merasa sangat beruntung telah mendapat kesempatan membawa mereka ini. Karena ini adalah bulan terakhir mereka setelah 9 bulan di Indonesia. Tawa dan cerita mengisi setiap momen perjalanan ini (ih ga aku banget bahasanya ya, haha). Yah semoga pengalaman ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi Nana dan TJ. Terutama TJ yang akan menjadi mahasiswa Biologi seperti akuuu. Yup, aku menawarkan padanya jika nanti ingin penelitian di Indonesia, aku bersedia membantunya :D
TJ, Aku, Nana |
Woke sekian cerita kali ini. Hmm, dah bisa nih aku jadi tour guide untuk ekowisata. Siapa yang mau ditemenin liat orangutan dan gajah di habitatnya? sini sama kakak Iyah, selain perjalanan seru, kalian dapat penjelasan lengkap dari biologist. Hehehe.
1 Comments
Wah seru sekali perjalanan eksplor alam di Bahorok yang masih asri, tambah lagi harus jd guide untuk dua teman WNA. Yang satu dari Eropa, yang satu dari Asia, sudah pasti beda kultur dan bahasa.
BalasHapusKeren pengalamannya kak Iyah
Posting Komentar
Your word can change the world! you can be left a comment on my post :)