Oh hai, hello guys! I'm so sorry if someone will confused because i'll write this post with bahasa, not english.
Hari ini hujan, dan sudah seminggu ini bulan puasa di warnai dengan hujan menjelang berbuka. Dan, seperti kebayakan gadis-gadis yang menghabiskan waktunya di rumah saat weekend untuk melakukan pekerjaan rumah (nyuci, gosok, ngepel, ngevacuum, dll) tentunya diselingi dengan tontonan agar tidak membosankan. Minggu ini aku memilih menonton serial televisi 'Good Doctor' yang ternyata ada tiga versi, Korea versi aslinya di thaun 2013, Amerika yang membeli hak produksi di tahun 2015 dan selesai untuk di tayangkan 2017, dan Jepang yang baru mengadaptasi juga di tahun 2018.
Awalnya aku tau serial ini karena aku penggemar Kento Yamazaki, pemeran utama dalam serial 'The good Doctor" versi Jepang. Karena aku mengikuti halaman Instagramnya, aku langsung mencari tau dimana bisa langsung aku tonton. dan akhirnya aku menontonnya dari VIU. Sayangnya, di pertengahan cerita aku tidak bisa lagi menontonnya karena aplikasi VIU ku seperti terkena bug atau apalah.
Baru-baru ini iklan di HOOQ terus menarik perhatianku. Karena, ada wajah aktor Freddie Highmore yang aku sukai sejak jaman SD hehe. Dari iklannya aku seperti tidak asing dengan adegan seorang anak yang terluka dan di beri penyelamatan darurat. dan setelah membaca keterangan filmnya, aku baru tau kalau itu di adaptasi dari drama korea.
Cerita dari versi Korea, Amerika dan Jepang garis besarnya sama. Dokter autis yang memiliki sindrom savant sehingga kemampuan analisanya tidak diragukan lagi. Masa kecil yang menyakitkan dengan kehilangan saudaranya dan orangtua yang tidak menerimanya, menjadikan bayang-bayang buruk dalam ingatan seorang anak autis. Meski pintar dan berbakat, tentu tak mudah orang autis untuk di percaya menjadi seorang dokter. Meski dia memiliki sindrom savant. Lalu ditambah konflik rumah sakit degan ambisi masing-masing ada yang ingin jadi presiden rumah sakit, ada yang gila penghargaan, nada dokter yang terlalu sering memiliki kedekatan emosional dengan pasien, dan banyak hal lagi dengan melibatkan analisis Dokter autis dengan tanggapan aneh.
Yah jujur saja, jika kamu memiliki kenalan autis, apakah kamu akan menyuruhnya ini itu? atau berdiskusi soal hidup dengannya? sebaik-baiknya orang yang memahami orang-orang dengan kelebihan seperti ini adalah, membiarkannya melakukan apa yang dia inginkan dan mendengarkan ketika dia butuh bersosialisasi. Sederhananya, autis memiliki dunianya sendiri yang tidak kita pahami dan tidak bisa kita memaksa untuk mereka memahami kita.
Maka dari itu, disini aku bakal memberi pendapat ku tentang film the good doctor dari negara yang berbeda :D
1. The Good Doctor versi Korea (2013)
Akhirnya, mau tidak mau aku menonton versi koreanya. Sejak episode pertama, maaf saja aku langsung tidak suka melihat cara pemeran utamanya Joo Won yang memerankan Park Shion. Dibandingkan dengan autis, cara Joo Won yang melongon setipa mengingat suatu hal, aku justru seperti melihat seseorang mengidap down syndrome yang masih punya semangat belajar. FYI, tidak semua down sydrome itu bodoh dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Lalu, di versi korea Park Shion memiliki seorang abang yang hmm menurutku sedikit aneh. Jadi pemeran Park Shion saat kecil juga membawakan watak seperti anak down sydrome yang lebih parah. Rahasia umum di korea adalah bully pada pertemanan anak-anak sangat sering. Jadi, si Park Shion kecil itu terus-terusan di ganggu sampai di tendang dan dipukuli. Dan abangnya justru meminta mereka pelaku perundungan untuk bermain dengan Park Shion. dan mereka menyetujuinya kalau park shion dan abangnya mengambil bantalan karet kereta di dalam tambang. Terus abangnya setuju dan ngebawa adiknya masuk kedalam tambang lalu... bruk! tambang rubuh dan abangnya meninggal sementara Park Shion selamat.
Untuk penggambaran anak kecil yang autis berumur sekitar 5-6 tahun dari keluarga susah, tentu aneh melihatnya bisa membaca buku kedokteran. Kapan dia belajar membaca? Meski dia memiliki sindrom savant, dalam kepalaku itu masih belum masuk akal.
Konflik perebutan jabatan sebagai presiden rumah sakit juga klise sekali dalam drama korea pada umumnya. Dan susah untuk di tuliskan, pokoknya ini adalah cerita yang sangat khas pada drakor.
Cerita asmaranya juga menurutku kurang cocok. Tanpa bermaksud menjatuhkan, jika kalian menonton drama ini pasti kalian paham maksudku.
Untuk segi ilmu kedokteran yang tidak terlalu mudah untuk di pahami namun bolehlah menunjukkan kehebatan rumah sakit korea selatan.
Rate: 6/10
Aku merasa Freddie yang memerankan Shaun Murphy dengan kata-kata khasnya 'Hello i'm doctor shaun murphy from st bla..bla... hospital' telah banyak mempelajari bagaimana para penderita autis. Seperti adik kelasku saat smp yang autis dan rangking 1 selalu, begitulah Freddie membawakan tokoh Shaun. Watak sekali. begitu pula dengan pemeran Shaun ketika muda. Terlihat mereka benar-benar di ajari bagaimana sifat dan gerakan anak autis.
Konflik rumah sakit yang sama juga ada seperti cerita aslinya dari korea, namun tokoh yang ingin merebut jabatan presiden tidak terlalu ambisius dan memperlihatkan kebenciannya terhadap tokoh-tokoh lainnya dengan signifikan. Alur cerita terlihat mengalir dan sangat wajar. Belum lagi banyaknya scene yang di ambil secara profesional seolah kita sedang menonton film hollywood.
Perbedaan dari film korea adalah, Shaun tidak berkencan dengan siapapun. dia memiliki ketertarikan kepada seseorang dan interaksinya masih dalam hal yang wajar. Lalu Shaun bukan kehilangan seorang abang, melainkan adik yang meninggal karena terjatuh saat bermain di gudang dengan teman-teman mereka. Yup, adegan yang cukup masuk akal dan wajar.
Namun hal yang tidak aku sukai dari versi amerika ini adalah adegan-adegan yang sebenarnya tidak perlu ditampilkan tapi di tampilkan. Kissing, having sex, lesbian, ditampilkan dalam cara yang sangat lembut dan wajar. Untuk orang Indonesia tentu budayanya kurang cocok. Sehingga serial sebagus ini yang seharusnya bisa memotivasi seseorang tidak bisa dijadikan tontonan keluarga.
Oh iya, versi amerika ini juga di kecam karena adegan yang melempar kelinci menunjukkan kekerasan kepada binatang.
Rate : 8/10
Untuk penggambaran anak kecil yang autis berumur sekitar 5-6 tahun dari keluarga susah, tentu aneh melihatnya bisa membaca buku kedokteran. Kapan dia belajar membaca? Meski dia memiliki sindrom savant, dalam kepalaku itu masih belum masuk akal.
a'a dokter jadi pasien dulu yaaa |
Cerita asmaranya juga menurutku kurang cocok. Tanpa bermaksud menjatuhkan, jika kalian menonton drama ini pasti kalian paham maksudku.
Untuk segi ilmu kedokteran yang tidak terlalu mudah untuk di pahami namun bolehlah menunjukkan kehebatan rumah sakit korea selatan.
Rate: 6/10
2. The Good Doctor Versi Amerika (2017)
Yang membuatku akan menonton serial televisi buatan amerika serikat ini sampai selesai tentu karena keberadaan Freddie Highmoree. Senyumnya yang khas dan menarik perhatian ciwi-ciwi seperti ku. hehe. Bisa jadi penilaian ku tidak objektif disini. yah namanya juga manusia wekekek.Aku merasa Freddie yang memerankan Shaun Murphy dengan kata-kata khasnya 'Hello i'm doctor shaun murphy from st bla..bla... hospital' telah banyak mempelajari bagaimana para penderita autis. Seperti adik kelasku saat smp yang autis dan rangking 1 selalu, begitulah Freddie membawakan tokoh Shaun. Watak sekali. begitu pula dengan pemeran Shaun ketika muda. Terlihat mereka benar-benar di ajari bagaimana sifat dan gerakan anak autis.
itu semua udah panik Dokter Shaun... dokter kok mukanya tetep datar gemesin gitu yak |
Perbedaan dari film korea adalah, Shaun tidak berkencan dengan siapapun. dia memiliki ketertarikan kepada seseorang dan interaksinya masih dalam hal yang wajar. Lalu Shaun bukan kehilangan seorang abang, melainkan adik yang meninggal karena terjatuh saat bermain di gudang dengan teman-teman mereka. Yup, adegan yang cukup masuk akal dan wajar.
Namun hal yang tidak aku sukai dari versi amerika ini adalah adegan-adegan yang sebenarnya tidak perlu ditampilkan tapi di tampilkan. Kissing, having sex, lesbian, ditampilkan dalam cara yang sangat lembut dan wajar. Untuk orang Indonesia tentu budayanya kurang cocok. Sehingga serial sebagus ini yang seharusnya bisa memotivasi seseorang tidak bisa dijadikan tontonan keluarga.
Oh iya, versi amerika ini juga di kecam karena adegan yang melempar kelinci menunjukkan kekerasan kepada binatang.
Rate : 8/10
3. The Good Doctor Versi Jepang (2018)
Dari ketiga cerita yang sama namun di adaptasi oleh negara yang berbeda, aku pertama kali menonton versi jepang. tentu karena kau mengetahuinya dari laman sosial Kento Yamazaki my lope lope. oke, ini menggelikan.Kalau kalian melihat covernya, takkan ada yang menyangka ini adalah cerita seorang dokter autis. yang ada seperti seorang dokter yang baik hati, ramah dan sayang anak-anak. Kento Yamazaki yang memerankan Minato Shindo yang menurutku sedikit labil dalam mebawakan karakter anak autis. autis biasanya fokus pada suatu hal dan tidak bisa di ganggu atau mengontrol emosinya sediri. Sementara, Kento Yamazaki beberapa kali menunjukkan ekpresi wajah orang yang terlalu pintar di bandingkan ekspresi pengidap autis. Wajah yang terlampau percaya diri tanpa kegelisahan beberapa kali muncul.
Dari segi cerita yang berbeda adalah, sang dokter senior yang menjadi presiden rumah sakit terlalu tua. Sehingga penonton bisa ragu dalam dialognya ketika dia mengambil keputusan. Dan konfliknya tak sekadar merebut jabatan, tapi mempertahankan departemen bedah anak yang sedikit menghasilkan karena terlalu banyak memakan biaya. Yah, dari sini aku juga dapat melihat betapa berat kerja para dokter dan perawat di bangsal anak karena mereka tak hanya mengobati secara fisik, tapi harus menenangkan mental anak-anak, menghibur dan dekat kepada mereka. Belum lagi ilmu tentang organ anak-anak yang terus berkembang sehingga semua pasien tidak dapat disamakan kondisinya.
Lawan main Kento disini bukan seorang dokter yang baru residen, tapi seorang dokter senior bernama Naomi yang menjadi tumbal untuk mengajari kento cara berkomunkasi dan akhirnya banyak menjadi masalah antara si dokter senior dan pasiennya karena si Minato terlalu blak-blakan
Seperti kebanyakan drama jepang, banyak cerita yang di balut dengan sederhana namun pesannya sampai. Sehingga kualitas the good doctor versi jepang ini seperti drama-drama pada DAAI TV kalau ada yang tau hehe.
Karena cerita yang lumayan berbeda, aku suka. Sayang hanya di watak Kento Yamazaki yang memerankan Minato Shindo menurutku kurang stabil. Yah, di drama dan film lain bawaan Kento memang agak emosional sih sehingga dia bisa berubah sifat dalam penokohan.
Rate: 7/10
Yup, versi manapun yang kalian tonton kalian akan disuguhi dengan pengalaman cerita menarik dan ilmu yang baru. Tapi, jangan coba-coba meniru apa yang ada di film. Karena secerdas apapun kita kalau tidak ada dasar ilmu kedokteran akan sulit mendiagnosa sesuatu. Kalau sakit berlanjut segera hubungi dokter :D
Sekian, aku gak mau ngasi tau ending dari drama ini karena ini layak untuk kalian tonton. Bisa nonton di Viu untuk versi jepang dan koreanya dan di Hooq untuk versi Amerikanya.
Sekian, Ciao! (pegel nih sekali nulis sebanyak ini langsung selesai)
4 Comments
Paling suka yg versi Amerika nya shaus murphy autis nya alami wkwkwk, tapi sayang, ceritanya itu" mulu. Gk ada romance nya
BalasHapusTapi kan kasusnya beda-beda wkwk. Aku malah lebih suka gak ada adegan romancenya XD
HapusNonton dr awal ampe abis woyy kalo mau komen kok aneh anak kecil baca buku kedokteran lah kan dia di angkat anak sama seorang dokter dan akting ju won justru perfect bgt kayak orang pengidap autis justru freddie aktingnya kayak orang buta bukan autis kalo yg jepang gak tau soalnya gak minat sama versi jepangnya
BalasHapusBagus yang jepang.. Krn paling family friendly... Pesan nya tersampaikan dengan baik.. Gak kyk amrik 21+ ato korea keseringan romance.. Bosen..
BalasHapusPosting Komentar
Your word can change the world! you can be left a comment on my post :)