Dunia ini... Panggung sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah mahabrata atau tragedi dari Yunani..
Setiap kita mendapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar
Ada peran pura-pura....
-Panggung Sandiwara, Achmad Albar
Pic : pixabay |
Sampai Kapan Terus Begini?- Selain panggung sandiwara seperti kata orang, dunia hanyalah persinggahan. Layaknya tambang emas yang kita singgahi, pulang ke tanah sendiri membawa harta. Tambang ditinggalkan. hanya orang bodoh yang melewati tambang emas tanpa membawa emasnya...
Terkadang... kita terlalu sibuk mencari intan di tambang emas. Mencari kepuasan lain tanpa ingat apa tujuannya. Mencari, tanpa hasil yang konkrit. Memburu tanpa tahu mangsanya.
Waktu tak pernah cukup untuk nafsu. Mencari harta dan tahta, pahala? sudah lupa...
Terkadang, dunia memang terlalu melenakan, Masih ada hari esok. kata orang-orang. hari esok untuk siapa? mungkin bukan kita yang mendapat kesempatannya.
Pic: pixabay |
Kita... hanyalah benda kecil diantara ciptaan-Nya, tidak masuk akal mungkin bila kita berpikir bagaimana memperhatikan jutaan manusia yang silih berganti. jutaan manusia yang lahir dan mati.
Mati... Habis itu kemana?
Karena akhir masa hanyalah dua, satu diantaranya tempat kita
Kelak ke surga dambaan kita atau ke neraka tempat segala siksa...
-Teman Sehati, Maidany
Syurga? dambaan? Hah! mendamba syurga, berharap syurga tapi... amalan kita sangat amat standart. sholat 5 waktu, udah itu saja. Sementara di luar sana banyak orang yang tertipu dengan iming-iming mati syahid, mereka tidak mengerti dasarnya tapi berani berusaha mencari amalan yang lebih dibanding yang lain. kita mencemoohnya, namun tidak belajar dari sana.
Sulitkan menambah sedikit kebaikan...?
Pic : pixabay |
Sulitkah, meluangkan waktu di pagi menjelang siang saat waktu masih nyantai untuk melaksanakan waktu Dhuha?
Sulitkah, di pertigaan malam selagi menunggu pertandingan luar negeri yang berbeda waktu dan bermunajat kepada-Nya?
Sulitkah, seusai maghrib sebelum makan malam sejenak kita membuka kitab mukjizat yang di bawa Rasulullah?
Sulitkah, sejenak menghetikan bermain gadget dan mendengarkan adzan yang berkumandang?
Sulitkah, berhenti membuang waktu dengan gaming dan sesekali duduk mendengarkan siraman rohani di majelis-majelis yang di sampaikan secara gratis?
pic: pixabay |
Sulitkah, di perjalanan ke kantor atau kampus kita menyebut Asma-Nya? dari pada mengupat orang yang terburu-buru...
Sulitkah, masuk dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan dari kamar mandi?
Sulitkah, membiasakan membaca doa-doa yang di hafal sedari kanak-kanak?
Sulitkah, tersenyum kepada mereka yang kurang beruntung diluar sana? dari pada mendengus kesal karena mengganggu, mungkin?
Tuhan, memang tak terlihat. tapi Dia menunggu kita di Ars-Nya. Sudah layakkah kita kembali pada Sang Pencipta?
pic :pixabay |
*****
Tahun ini Iyah 19 tahun. 365 hari setelahnya genap 20 tahun...
Sampai Kapan Terus Begini?
12 Comments
keserakahan manusia memang tiada ada batasnya
BalasHapusya benar sekali mas jamu..
Hapusmengalirlah seperti air
BalasHapusga gitu juga, nanti salah salah masuk ke paret...
HapusRenungan Diri,,,, Mari kita Perbaiki diri ini,. :(
BalasHapusBismillah...
Hapuskayaknya iyah lagi dilema iman nih, penuh dengan gejolak diri yang sedang merenungi keadaan
BalasHapusmasa-masa krusial keknya bang
Hapusdan seandainya pun itu memang sulit, semoga kita dimudahkan untuk melakukannya :)
BalasHapusInsya Allah kak, Bismillah!
Hapusperenungan harus segera dimulai., :D
BalasHapusHarus!
HapusPosting Komentar
Your word can change the world! you can be left a comment on my post :)